Terima Kasih Untuk Diriku

Saat bercermin, pikiranku bagaikan berputar sampai ke masa lalu. Aku melihat putri kecil yang memiliki rambut yang potongannya cukup ngetren saat itu, kalau kata orang-orang di kampung potongan rambut segi empat, sedang yang ada dicermin tak bersegi empat. Entah mengapa dinamakan potongan segi empat, ahh kalau seperti itu aku teringat rumus luas kubus.

Di masa lalu aku melihat putri kecil yang sangat kuat dan sepertinya pun sampai sekarang. Selepas masalah yang aku hadapi, dulu aku tidak pernah sedikitpun menyesali hal yang terjadi dalam hidup. Kadang hanya sedikit merasa kecewa tapi selebihnya aku berusaha untuk tetap kuat dan tegar. Karena sudah sepatutnya bagi putri sulung memberikan contoh yang baik kepada adiknya.

Hai, aku dulu adalah anak yang rajin bekerja, begitupun dengan menabung. Tapi heran mengapa sekarang semangat kerjaku begitu menurun. Kalau dihitung saat masih kanak-kanak aku sudah bekerja di beberapa tempat. Aku bisa mengasilkan uang dari hasil kerjaku. Beberapa bidang usaha akulah karyawannya, yah saat dulu. Pastinya kerjaan itu tidak membutuhkan ijazah. Justru sekarang sudah punya ijazah tapi belum bekerja. Aku benar-benar bangga dengan diriku yang dulu. Aku pekerja keras, bahkan aku senang untuk mencari ikan di empang saat si empunya empang sengaja menyurutkan air di empangnya, dan memanggil warga kampung untuk mencari ikan di sana.

Satu hal yang paling aku sesali semasa kecil adalah saat memasak telur hasilnya setengah matang. Alhasil karena pikiranku masih kanak-kanak kupikir telur itu masih mentah jadi aku buang. Alasan aku membuang telur itu juga sangat tidak masuk akal, hanya karena takut kena marah oleh Alm. Nenek. Karena sore itu sepertinya nenek segera tiba dari sawah maka secepatnya jejak-jejak memasak telur aku sembunyikan atau bahkan menghilangkannya. Mulai dari membuang telurnya dan mencuci panci yang kugunakan memasak telur. Meman diriku sangat keliru saat itu.

Saat kecil, aku begitu banyak mengenang kerinduan, kepada orang tua karena sedari kecil aku hanya tinggal bersama nenek. Tetapi karena nenek yang begitu baik mengurusku bahkan sigap memarahi mereka yang mengangguku. Kerinduan pada orang tua sedikit terhapus. Nenek siap menyiapkan jajan ketika pagi, menyiapkan sarapan saat hedak ke sekolah. Sekarang aku begitu banyak menyimpan kerinduan untuk nenek, hanya bisa mengirimkan Al-fatihah untuk nenek.

Diriku yang dulu memang banyak mendapati hal yang pedih. Tapi, itulah yang membuatku tegar sampai sekarang, satu hal yang aku risaukan dalam diriku yang dulu sampai sekarang pun, aku adalah seorang yang tidak mudah memaafkan, aku adalah seorang yang begitu dalam menyimpan benci saat disakiti oleh seseorang. Bahkan sampai sekarang aku masih mengenang bagaimana aku di bully karena tas yang robek semasa SD, dan yah kalau boleh kukatakan nenek adalah pahlawanku. Aku juga masih mengenang bagaimana dicemooh karena tidak punya orang tua yang utuh. Sampai sekarang aku masih mengenang bagaimana marahnya mereka kepadaku, bagaimana raut wajah mereka yang membenciku. Sungguh aku adalah anak yang paling mengenang kebencian itu.

Diriku yang dulu persoalaan tegar adalah cerminan diriku yang sekarang, untuk bebera hal mungkin tidak lagi ada pada pribadiku, tapi aku yakin tubuh dengan apa adanya dan tidak menuntut disukai banyak orang lain adalah pilihanku. Untuk diriku yang sekarang lakukanlah hal yang terbaik versimu.

Terima kasih untuk diriku yang selalu kuat dari waktu ke waktu.

2 tanggapan untuk “Terima Kasih Untuk Diriku”

Tinggalkan komentar